Subscribe:

Jumat, 18 Maret 2016

Mengajar dengan Metode “Game”

Sebuah permainan tak selamanya kurang baik jika dilakukan dengan tujuan mendidik dan memahamkan sesuatu, artinya untuk keperluan belajar. Bahkan justru sebaliknya, membubuhi belajar dengan sebuah permainan (game) akan menciptakan atmosfir menarik, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru sangat membutuhkan variasi mengajar untuk membungkus materi pelajaran agar siswa selalu tertarik untuk mengikuti setiap transfer materi. Di titik inilah mengajar dengan menerapkan metode game merupakan salah satu pilihan menarik bagi guru untuk meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa. Metode game diterapkan sesuai dengan materi apa yang akan disampaikan guru dalam proses pembelajaran.

Seperti contoh dalam mata pelajaran fisika tentang gaya dan tekanan, ketika diminta serius belajar, para siswa justru bermain-main sehingga mereka tidak mempelajari apa pun. Namun, ketika diminta untuk bermain, para siswa justru belajar banyak hal. Itulah yang membuat Bu Lathifah, guru fisika, memainkan sebuah game saat belajar materi gaya dan tekanan dalam ilmu fisika.

Dalam permainan ini, Bu Lathifah mempersilakan para siswa untuk masing-masing memegang botol plastik berisi air yang sebelumnya telah disiapkannya. Kemudian, para siswa memasang papan kecil yang bagian tengahnya dilubangi secara minimalis. Lalu, para siswa menuangkan air botol tersebut secara serta merta pada papan.

Aliran air sedianya lancar jika saja tidak dihalangi papan. Namun demikian, air tetap mengalir lewat lubang kecil di tengah papan tersebut. Setelah terus memperhatikan kondisi apa yang terjadi, air juga mengalir ke samping papan. Karena lubang yang sangat kecil membuat tekanan aliran air menjadi besar sehingga air tidak hanya mengalir ke lubang kecil, tetapi juga meluber ke samping papan.

Dari permainan ini, para siswa jadi memahami bahwa semakin besar tekanan air, ia akan memiliki banyak pola dan gaya untuk mengalir ke segala arah. Dari permainan yang dilakukan oleh para siswa tersebut, Bu Lathifah akhirnya menarik kesimpulan bahwa semakin besar tekanan suatu zat, maka gaya yang ditimbulkan juga semakin besar. Rumusan kesimpulan yang dipahami oleh siswa sendiri ini sesuai dengan hukum tentang gaya dan tekanan dalam fisika sesuai dengan yang dijelaskan oleh Bu Lathifah tersebut.

Menilik teori dari metode ini, game dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebuah kegiatan bermain sambil belajar atau kegiatan belajar sambil bermain (Sigit Setyawan, 2013: 24). Nicholas van Neumann pada 1950-an melahirkan game theory yang merupakan lintas studi ekonomi dan komputer. Teori tersebut kemudian diformalisasikan oleh Jhon Nash yang kemudian dia mendapatkan Nobel pada tahun 1984.

Game dapat dibedakan menjadi dua, yakni game kolaboratif dan game kompetitif (Miller, 2008). Game kolaboratif membuat para siswa bekerja sama satu dengan yang lain, sedangkan game kompetitif membuat orang atau kelompok bersaing dengan orang atau kelompok lain. Dalam kegiatan pembelajaran, kolaborasi atau kompetisi dapat ditentukan oleh guru. Game yang sam atau jenis lain dapat digunakan, baik untuk kolaborasi maupun kompetisi.

Terkait dengan kegunaan, metode game ini bermanfaat, pertama agar siswa mampu bekerja sama dengan orang lain dan mengetahui, memahami, dan mempraktikkan peraturan, prinsip-prinsip, serta prosedur-prosedur. Kedua, agar siswa berkompetisi dengan orang atau kelompok lain untuk mengenali, mengatur, menyimpulkan, atau menilai tindakan atau hasil.

Game yang digunakan atau ditentukan oleh guru bisa game berbasis teknologi, bisa juga game tradisional seperti permainan sehari-hari yang dilakukan oleh anak-anak di rumah dengan memanfaatkan alat dan bahan yang mudah didapat. Setelah melakukan praktik metode ini, guru hendaknya jangan lupa melakukan proses evaluasi seberapa efektif metode ini diterapkan dengan matrik dan alat ukur tertentu. Selamat mempraktikkan!


0 komentar:

Link Banner

EMIS ONLINE
KIP-BSM
SIMPATIKA
SDM-PDSP
SATU LAYANAN